1.
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN
a.
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan, karena memiliki
banyak arti dan tidak memiliki patokan jelas untuk menilai nya. Menurut
Kartono, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada
diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi,
dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang
efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
Penyesuaian
diri tidak bisa disebut baik atau buruk, maka dapat didefinisikan dengan sangat
sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah
laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,
tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik batin serta menyelaraskan
tuntutan batin dengan tuntutan dunia.
Hal
penting dalam memelajari konsep penyesuaian diri bukan dari macamnya tingkah
laku yang menentukan apakah orang dapat menangani proses penyesuaian diri,
tetapi cara bagaimana tingkah laku itu digunakan. Konsep penyesuaian diri dapat
digunakan sejauh respon-respon terhadap stress berfungsi untuk meringankan
tuntutan-tuntutan yang ada pada individu. Apabila respon-respon tersebut tidak
efisien, merugikan kesejahteraan pribadi, atau patologik, maka respon itu
disebut sebagai respon yang tidak mampu menyesuaikan diri.
b.
Pertumbuhan Personal
Manusia
merupakan mahluk individu. manusia disebut sebagai individu apabila tingkah
lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku
secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang
tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi
mempunyai ke khasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya dalam lingkup
sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk,
akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.
o
Penekanan
Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara
umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan
berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi,
artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas
itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas
dalam kerangka keseluruhan.
o
Variasi
Dalam Pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya.
o
Kondisi-Kondisi
Untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan tempramen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat korelasi ang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstromorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan sistem syaraf, kelenjar, dan
otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa
penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot
dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi
tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan
penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas
penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
o
Fenomenologi
Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan“ yang di persepsikan dan diinterpretasi
secara subyektf. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “alam”
pengalaman setia yang berbeda dari alam pengalam orang lain (Brower. 1983 :
14). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers, yng boleh
disebut sebagai bapak psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan
pandangan humanistik sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari
Coleman dan Hammen. 1974 :33).
2. STRESS
a.
Arti penting Stress
Stress
adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu buruk,
walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai
positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh,
banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat
waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka
dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stress bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak.
Stress bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak.
Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi
terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan. Berikut adalah
beberapa efek dari stress:
1.
Local Adaptation
Stres
Local Adaptation
Stress adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres.
Respon setempat ini contohnya seperti pembekuan darah, penyembuhan luka,
akomodasi cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya berlangsung dalam jangka
yang sangat pendek. Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat
dan tidak melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan
stresor untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus
menerus, dan respon bersifat restorative.
2.
General
Adaptation Syndrome
General
Adaptation Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat
membahas tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan
stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha
ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf
simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress
itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome. GAS terdiri dalam tiga
fase :
ü Alarm reaction (reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat
mengatasi stressor dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir
tubuh akan mengeluarkan adrenalin, yaitu hormon yang mempercepat katabolisme
untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam ditandai
dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
ü The stage of
resistance (reaksi pertahanan). Reaksi terhadap
stressor sudah mencapai atau melebihi tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini,
mulai timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping
mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi
dengan humor.
ü Stage of
exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini
gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain
gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai
bentuk gangguan lainnya.
b.
Tipe-Tipe Stres Psikologis
-
Eustress
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek,
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek,
-
Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah. Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita kronis.
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah. Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita kronis.
-
Distress
akut
Distres akut adalah jenis yang paling umum dari stres yang datang tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung. Meskipun stres akut hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut sering menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah diidentifikasi. Gejala tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit kepala, migrain, peningkatan denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak napas, tangan atau kaki terasa dingin, dan keringat berlebihan.
Distres akut adalah jenis yang paling umum dari stres yang datang tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung. Meskipun stres akut hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut sering menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah diidentifikasi. Gejala tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit kepala, migrain, peningkatan denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak napas, tangan atau kaki terasa dingin, dan keringat berlebihan.
-
Distress
Episodic Akut
Istilah 'stres akut episodik' biasanya digunakan untuk situasi ketika stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan episodik akut ditandai dengan sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki jenis stres ini sering menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan mereka dan sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan lekas marah. Orang yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-buru. Jenis stres dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, selain memburuknya hubungan interpersonal. Gejala yang paling umum stres episodik akut adalah lekas marah, sakit kepala terus-menerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan nyeri dada.
Istilah 'stres akut episodik' biasanya digunakan untuk situasi ketika stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan episodik akut ditandai dengan sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki jenis stres ini sering menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan mereka dan sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan lekas marah. Orang yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-buru. Jenis stres dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, selain memburuknya hubungan interpersonal. Gejala yang paling umum stres episodik akut adalah lekas marah, sakit kepala terus-menerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan nyeri dada.
-
Distress
kronis
Distress kronis adalah stres yang bertahan untuk waktu yang lama. Stres kronis biasanya berasal keadaan yang tidak dapat dikontrol. Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir menjijikkan, hubungan yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah beberapa contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis. Stres kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan dapat mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental. Kelelahan mental dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti, serangan jantung dan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan depresi, kekerasan, dan bunuh diri dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari stres kronis adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga sering diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik manajemen stres.
Distress kronis adalah stres yang bertahan untuk waktu yang lama. Stres kronis biasanya berasal keadaan yang tidak dapat dikontrol. Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir menjijikkan, hubungan yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah beberapa contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis. Stres kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan dapat mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental. Kelelahan mental dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti, serangan jantung dan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan depresi, kekerasan, dan bunuh diri dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari stres kronis adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga sering diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik manajemen stres.
c.
Symptom-Reducing responses terhadap
Stress
Pengertian symptom – reducing
responses terhadap stress. Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan
brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus
merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Mekanisme Pertahanan Diri
·
Indentifikasi
Indentifikasi adalah suatu cara yang
digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi
kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiliki
kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya, maka
mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
·
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh
kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain.
Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi
olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
·
Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal
mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya
karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
·
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme
sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan
pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
·
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku
dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek diluar diri atau
melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah
daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n
ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
·
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam
diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita
mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam
pribadinya.
·
Reaksi
Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke
alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat
menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
·
Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
·
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls
yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal
yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
·
Denial
Denial adalah mekanisme perilaku
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang penderita
diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
·
Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku
seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari
pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia
menarik diri dari perkumpulannya.
·
Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang
menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi,
misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memilki keberanian
untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang
yang ia cintai.
·
Negativisme
Perilaku seseorang yang selalu
bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
·
Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk
menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku
agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan
karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
d.
Pendekatan “Problem Solving”
terhadap Stress
Salah satu
cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback, tekniknya
adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar
untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif
karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti
yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara
spiritual (mengarah pada Tuhan).
-
Meningkatkan
Toleransi Stress
Menigkatkan toleransi terhadap
stress dengan cara menigkatkan keterampilan / kemampuan diri sendiri, baik
secara fisik maupun psikis, misalnya secara psikis : menyadarkan diri sendiri
bahwa stress memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh
setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intesitas yang berbeda. Secara fisik :
mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara
hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga,
relaksasi otot, dan sebagainya.
-
Strategi Coping
untuk Mengatasi Stress
Menghilangkan stress mekanisme
pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus
penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada
masalah (problem focused coping) adalah istilah
Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang
digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada
emosi (problem focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk
strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon terhadad situasi
stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
-
Strategi Penanganan stress dengan
mendekat dan menghindar
a. Strategi mendekati (approach
strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan
usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi
penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
b. Strategi menghindar (avoidance
strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau
meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam tingkah laku,
untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres
Daftar Pustaka
Semium,
Yustinus (2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius Yogyakarta