I.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita
berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship.
A. Model-Model Hubungan Interpersonal
-
Model
pertukaran sosial ( social exchange model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model
ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan
model ini sebagai asumsi dasar bahwa setiap individu secara sukarela memasuki
dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
-
Model
peranan (role model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh
masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu : Ekspektasi
peranan (role expectation), Tuntutan peranan (role demands), Keterampilan
peranan (role skills), dan Konflik Peranan.
-
Model
Permainan
Model ini berasal dari psikiater
Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang
berhubungan dalam bermacam-macam
permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia yaitu : orang tua (parent),
orang dewasa (adult)dan anak (child).
-
Model
Interaksional (Interactional Model)
Model ini memandang hubungan interpersonal
sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki
sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama
sabagai satu kesatuan. Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan
yang dilakukan.
B.
Memulai
Hubungan
Adapun
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha
kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing
pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.
Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan,
tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger
informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
-
Informasi demografis
-
Sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
-
Rencana yang akan datang
-
Kepribadian
-
Perilaku pada masa lalu
-
Orang lain
-
Hobi
dan minat.
2. Peneguhan
Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat
statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini,
yaitu: keakraban, control, respon yang
tepat, dan nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan
akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah
pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
C. Hubungan Peran
1. Model Peran
Menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan peranannya.
2. Konflik
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang
yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal
ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut
3. Adequacy Peran dan Autentisitas
Dalam Hubungan Peran
Kecukupan
perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.
D.
Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi
sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim.
Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak.
Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain.
Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan.
Lebih jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut dapat dijelaskan pada
bagian berikut :
-
Persaudaraan
Hubungan
intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam
persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada
persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
-
Persahabatan
Persahabatan
biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan.
Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman,
lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga
mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan
interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka
diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
-
Percintaan
Persabatan
antar pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa
sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat
melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua
perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.
E.
Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam
keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika
tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya
kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman
berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti
lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan
kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita. Keinginan setiap pasangan
adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap
berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat
ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan
dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa
terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
-
Kita
tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
-
Kita
tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
-
Kita
tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia.
-
Kita
dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
-
Kita
memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus.
II.
CINTA DAN PERKAWINAN
A. Memilih Pasangan
Kebebasan
itu memang omong kosong. Tak ada kebebasan untuk memilih, termasuk memilih
pasangan hidup. Seringkali orangtua kita sibuk untuk memilihkan pasangan yang
terbaik. Namun terbaik untuk mereka belum tentu terbaik untuk anaknya. Yang
terpenting adalah kita harus memiliki kecocokan dengan orang tersebut. Akan
lebih nyaman lagi jika kita memiliki kesamaan opini, kepribadian, hobi atau
yang lainnya. Meskipun kesamaan itu sulit untuk didapatkan, namun kita tidak
boleh terhenti hanya karena perbedaan. Jadikanlah perbedaan itu sebagai variasi
dalam suatu hubungan. Pada
dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
-
Cocok jadi anak dari orang
tua kita
-
Cocok jadi suami/istri yang
baik.
-
Cocok jadi sosok ayah/ibu bagi
anak-anaknya kelak.
B. Hubungan dalam Perkawinan
Banyak sekali hal yang terjadi dalam
hubungan perkawinan karena menyatukan dua individu yang berbeda itu sangat
sulit dan selalu menimbulkan perbedaan pendapat dan ketidaksetujuan akan
sesuatu. Maka yang bisa kita lakukan adalah menjadikan kekurangan pasangan itu
sebagai bagian dari kehidupan kita dan menerimanya dengan ikhlas serta selalu
berusaha untuk tidak menjadikan semua itu sebagai masalah. Dalam hubungan
perkawinan, harus ada pemenuhan peran. Laki – laki sebagai suami dan wanita
sebagai istri. Suami berkewajiban untuk menafkahi keluarga yaitu istri dan
anak-anaknya. Suami bertugas untuk mengayomi serta melindungi keluarganya dari
segala hal yang bersifat buruk. Sehingga keluarga merasa aman jika ada peran
kepala keluarga. Istri bertugas untuk melayani suami, taat dan berbakti
terhadap suami. Satu catatan penting yaitu keberhasilan seorang suami tidak
akan ada tanpa peran seorang istri. Seringkali istri dipersalahkan akan masalah
– masalah yang ada dalam kehidupan rumah tangga. Disitulah istri merasa
terpojokkan. Maka pada masa kini banyak sekali wanita yang ingin memberlakukan
emansipasi wanita. Bahwa wanita itu tidak harus selalu dipersalahkan. Saat ini
para istri banyak yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Selain membantu
suaminya bekerja, hal tersebut pun dilakukan untuk mempertahankan harga diri
wanita yang sering terinjak – injak hanya karena wanita terlalu tergantung
kepada suaminya. Kehidupan perkawinan itu memang selalu rumit. Oleh karena itu
semua kembali kepada kesabaran masing – masing orang untuk menjalaninya demi
mempertahankan keutuhan keluarga.
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam
Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam
hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam
sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang diharapkan
dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena
adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal
yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu
sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran
adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya,
tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan
terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Menikah kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan
sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.
Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan. Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah
setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa
memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak.
Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial. Sebagai
manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi
terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati
untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda
mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan
dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang
biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya
tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai
menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita
lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan. Esensi dalam pernikahan adalah
menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Jika ingin
sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu,
jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah
perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap
untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif selain Perkawinan (Single Life)
Hidup di dalam kesendirian memang
tidak mudah untuk dijalani. Namun ini adalah suatu pilihan yang diambil di kala
orang sudah putus asa untuk membina suatu hubungan perkawinan. Misalnya seorang
wanita yang sudah lebih dari satu kali menikah dan gagal. Akhirnya ia
memutuskan untuk tidak bersuami dan mengurus anak – anaknya sendiri. Ia merasa
mampu karena ia pun seorang wanita karir yang memiliki penghasilan yang cukup.
Namun meskipun demikian, seseorang yang menjalani single life pasti
mengalami loneliness atau rasa kesepian. Terlebih ketika ia sudah lanjut
usia dan anak – anaknya sudah berkeluarga.
SUMBER :