PSIKOTERAPI
1.
Pengertian psikoterapi
Psyche
: mind atau jiwa
Therapy
: merawat, mengobati, menyembuhkan.
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan
terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan
perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien
mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau
berkembang sebagai seorang individu.
2.
Tujuan psikoterapi :
Ø Perawatan akut.
Ø Rehabilitasi.
Ø Pemeliharaan.
Ø Restrukturisasi.
3.
Unsur-unsur psikoterapi :
Ø Peran
sosial psikoterapis.
Ø Hubungan.
Ø Hak.
Ø Retrospeksi.
Ø Re-edukasi.
Ø Rehabilitasi.
Ø Resosialisasi
dan rekapitulasi.
4.
Perbedaan antara psikoterapi dan
konseling
Konseling
|
Psikoterapi
|
|
< intensif
|
> intensif
|
|
Preventif
|
Kuratif / reapartif
|
|
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan
|
Fokus : remedial
|
|
Setting : sekolah, industri, social work,
|
Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
|
|
Jumlah intervensi <
|
Jumlah intervensi >
|
|
Supportive
|
Reconstructive
|
|
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
|
Penekanan “disfungsi” / masalah berat
|
|
Short term
|
Long term
|
5.
Pendekatan terhadap mental
illness:
Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
a.
Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b.
Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c.
Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d.
Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
TERAPI
PSIKOANALISIS
1.
Konsep dasar psikoanalisis
tentang kepribadian
Menurut
Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu:
Ø id
(aspek biologis)
Ø ego
(aspek psikologis)
Ø superego
(aspek sosiologis).
Untuk mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia,
Freud berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling berhubungan dan
menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lainnya. Konflik dasar ketiga sistem
kepribadian tersebut dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki
sistem kerja, sifat serta fungsi yang berbeda. Meskipun demikian antara satu
dengan yang lainnya merupakan satu tim yang saling bekerja sama dalam
mempengaruhi perilaku manusia.
2.
Unsur-unsur psikoanalisis
a.
Muncul Gangguan
Psikoterapi
berupaya untuk memunculkan penyebab masalah atau gangguan itu muncul melalui
intervensi yang ditinjau dari lingkungan, kepribadian, faktor ekonomi, afeksi,
komunikasi interpesonal dan lain sebagainya. Dengan usaha lebih mengenal
penyebab gangguan itu muncul klien dapat memperkuat diri agar terhindar dari
resiko yang tinggi dengan modifikasi interaksi terhdap lingkungannya.
b.
Tujuan Terapi
Membentuk
kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari didalam diri klien Focus pada upaya mengalami kembali
pengalaman masa anak-anak.
c.
Peran Terapi
Ø Membantu klien
dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan
hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
Ø Membangun
hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan
menafsirkan
Ø Terapis
memberikan perhatian khusus pada penolakan klien
Ø Mendengarkan
kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien
6.
Teknik-teknik terapi
psikoanalisis
1. Asosiasi bebas
Merupakan suatu
metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic di masa lalu. Konselor memerintahkan konseli
untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin
untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Konseli mengemukakan
segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan
secepatnya tanpa sensor. Konseli harus memberitahukan kepada konselor segala
sesuatu yang terjadi kepadamereka, bahkan jika tidak nyaman, menyakitkan, atau
(tampaknya) tidak berarti. Mereka harus berbagi semua pikiran, kenangan,
asosiasi, perasaan dan ide-ide, dan konselor harusmendorong mereka untuk
meletakkan semua kritik-diri ke samping. Tujuan ini adalah untukmengangkat
represi dengan membuat materi tak sadar sadar. Metode ini adalah
metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi
yang berkaitan dengansituasi traumatik dimasa lalu.Hal ini dikenal juga sebagai
katarsis.
2.
Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang
digunakan dalam asosiasi bebas, mimpi, dan resistensi. Prosedurnya terdiri atas
penetapan konseloris, penjelasan, dan mengajarkan konseli tentangmakna perilaku
dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubunganterapeutik
itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi
barudan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
3.
Analisis mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk
membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu konseli untuk memperoleh
tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur pertahanan
menjadi lebih lemah dan perasaan-perasaan yangtertekan muncul ke permukaan.
Menurut Freud, selama tidur represi dikurangi, yang memungkinkan materi untuk
sadar menjadi sadar dalam bentuk mimpi. Dalam mimpi adanya pemenuhan (yaitu, yang menyamar ditekan pemenuhan dorongan) dan kompromi antara
dorongan dari id dan mekanisme pertahanan ego. Sebuah mimpi dapat dimasukkan ke
dalam rantai psikis dan harus ditelusuri mundur dalam memori dari ide patologis
(patologis dalam pengertian ini adalah gangguan mental).
4.Resistensi / client
resistance (perlawanan/penolakan)
Resistensi, sebagai suatu konsep fundamental
praktek-praktek psikoanalisis yang bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah konseli untuk menampilkan hal-hal yang
tidak disadari. Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak
disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi
konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan konseli untuk menyadari
alasan timbulnya resistensi. Resistensi ini didefinisikan oleh Freud sebagai
semua kekuatan yang menentang pekerjaan pemulihan.
5. Transferensi
Transferensi
terjadi ketika pasien merespon analisis sebagai suatu figure pada msa kecil.
Respon ini bisa juga negative, bergantung pada suasana emosional yang
dialaminya. Ruangan terapi bisa menjadi arena terjadinya reaksi-reaksi atau
konflik-konflik lama.
KASUS
Individu
yang menderita gangguan anxietas menyeluruh (GAD) ditandai oleh perasaan cemas,
sering kali dengan hal-hal kecil. Ciri utama GAD adalah rasa cemas. Orang
dengan GAD adalah pencemasan yang kronis. Mungkin mereka mencemaskan secara
berlebihan keadaan hidup mereka, seperti keuangan, kesejahteraan anak-anak, dan
hubungan sosial mereka. Menurut suatu study, 9 dari 10 orang dengan GAD
melaporkan kecemasan yang berlebihan bahkan mengenai hal-hal kecil(Sanderson
& Barlow, 1990). Anak-anak dengan gangguan ini mencemaskan prestasi
akademik, atletik, dan aspek sosial lain dari kehidupan sekolah. Ciri lain yang
terkait adalah: merasa tegang, waswas, atau khawatir, mudah lelah, mempunyai
kesulitan berkonsentrasi atau menemukan bahwa pikirannya menjadi kosong,
iribilitas, ketegangan otot, dan adanya gangguan tidur, seperti sulit untuk
tidur, dan tidur yang gelisah dan tidak memuaskan. GAD cenderung merupakan
suatu gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan
umur 20-an tahun dan kemudian berlangsung sepanjang hidup. Gangguan ini muncul
dua kali lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Meskipun GAD
secara tipikal kurang intens dalam respons fisiologisnya dibandingkan dengan
gangguan panik, distres emosional yang diasosiasikan dengan GAD cukup parah
untuk mengganggu kehidupan orang sehari-hari. GAD sering ada bersama dengan
gangguan lain seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya
seperti agorafobia dan obsesif-kompulsif. Dari kasus diatas, dapat disimpulkan
bahwa orang tersebut menderita gangguan anxiety menyeluruh. Karena kita dapat
menemukan beberapa ciri penyakit dari gangguan anxiety menyeluruh.
Terapi
yang digunakan untuk Gangguan Anxietas Menyeluruh
Pendekatan Psikoanalisis, karena
memandang gangguan anxietas menyeluruh berakar dari konflik-konflik yang
ditekan, sebagian besar psikoanalisis bekerja untuk membantu pasien untuk
menghadapi sumber-sumber konflik yang sebenarnya. Penanganannya hampir sama
dengan penanganan fobia. Satu studi tanpa kontrol menggunakan intervensi
psikodinamika yang memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa
lalu dan masa kini pasien dan mendorong cara yang lebih adaptif untuk
berhubungan dengan orang lain pada saat ini, sama dengan para terapi behavioral
mendorong penyelesaian masalah sosial.
Sumber:
Gunarsa,
Singgih D. 1996. Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Slamet, S & Sumarmo M. (2003). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: Universitas Indonesia
Srini.staff.gunadarma.ac.id
http://www.academia.edu/11313170/Teori_Psikoanalisis_Sigmund_Freud
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/34/jtptiain-gdl-s1-2007-nurhadinim-1688-bab3_410-9.pdf
http://pkt.umm.ac.id/page/id-file_home_973006-5.pdf