Kasus Pendekatan Client Centered Therapy
Gabby adalah
siswa SMA Negeri favorit di Jakarta. Dia anak yang cerdas dengan kelebihan pada
mata pelajaran eksakta yang diatas rata-rata, namun Gabby memiliki keterbatasan
secara fisik, yakni kakinya tidak sempurna atau pincang. Kepincangan kaki Gabby
akibat kecelakaan motor yang terjadi padanya saat SMP. Hal ini yang mengusik cita-citanya
untuk menjadi arsitek. Di lingkungan SMA yang baru ini, Gabby seringkali
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya, diolok-olok
“pincang”, disakiti dan dijauhi. Dengan kondisi seperti ini, Gabby hanya mau
bergaul dengan orang yang dianggapnya nyaman untuk dirinya dan dengan
orang-orang yang mau mendekatinya.
Dari aspek
kehidupan Gabby, keluarganya memiliki kondisi ekonomi yang sederhana. Ibunya
penjual ikan dan, ayahnya seorang montir. Gabby merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, adiknya sekarang duduk di bangku SMP. Kondisi yang dialami Gabby
dilingkungan sekolah menimbulkan rasa putus asa terhadap kehidupannya, sehingga
memberikan penilaian negative terhadap semua orang, kecuali keluarganya. Dari
berbagai permasalahan tersebut tentu sangat mempengaruhi keadaan psikologis Gabby
yang sempat berencana untuk berhenti sekolah.
- PROSES KONSELING
Klien
mengalami ketidakcocokan antara pandangan klien tentang dirinya sendiri
(self-concept) atau pandangan yang disukai klien tentang dirinya. Klien masa
depannya berkeinginan menjadi seorang artsitek, dan dia pun anak yang cerdas di
sekolah namun dia dikucilkan teman-temannya karena kakinya yang pincang akibat
kecelakaan dan membuatnya putus asa. Yang melandasi klien untuk konseling bisa
saja karena perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk
membuat putusan dan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif . Konselor
menciptakan iklim konseling hingga membuat klien bisa mengungkapan dan
mengkomunikasikan penerimaan, respek dan pengertian serta berbagai upaya dengan
klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan
dan mengeksplorasi dalam lingkungan yang aman dan dipercaya aspek-aspek dunia
pribadinya yang tersembunyi. Konselor harus mampu menerima tanpa syarat
terhadap klien, serta mendorong klien secara perlahan-lahan pada pemahaman
terhadap apa yang ada dibalik itu semua.
Konseling
diharapkan klien mampu mengeksplorasi lingkungan lebih luas dan perasaannya, serta klien mampu menyatakan ketakutan dan kecemasannya yang dianggap negative
untuk diterima dan dimasukan dalam struktur dirinya. Selanjutnya konselor
berusaha memberikan iklim yang mendukung pertumbuhan ketika konseli berusaha
berhubungan dengan perasaannya, dan menetapkan tujuan serta arah yang tampaknya
tepat baginya. Sehingga yang diharapkan,
konseling dapat menemukan jalan keluarnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar